Gigi (4)

Sebelum berangkat Jogja, aku sama ibukku ngurus gigiku di bu drg Mon di Kudus. Habis nambal ini, nambal itu, lalu nambal ini.. #walah.. Hal itu untuk mengantisipasi ketika pas di Jogja biar tenang nggak sakit gigi lagi.. hhehe.. Kebetulan ada satu gigi lagi yang sakit (udah 2 kali tambal dan lepas). Dan bu drg nya bilang kalo misal ditambal itu masih bisa. Yaudah, akhirnya ditambal. Setelah itu, malah ibunya tanya "kenapa kog sering nambalin gigi?" Terus ku jawab, "Mahasiswa baru dok, mau berangkat ke Jogja". Dijawab ibunya, "Oalah, di Jogja juga banyak dokter kog. Tenang saja".

Cerita diskip-skip. Sampailah di semester 3. Nah, pas pulang kuliah aku makan, dan ternyata tambalan gigiku yang itu ilang separo. Awalnya biasa-biasa aja. Tapi lama kelamaan sakit banget (pas itu mau UTS). Wah gawaaaaat, jadi ceritanya aku sakit gigi (lagi). Setelah telepon orang rumah, katanya langsung periksain aja mumpung belum UTS. Nah, masalahnya ini aku di Jogja dan belum tau drg yang recommended itu di mana. Maunya kucabut aja (aku mikir kalo ditambal malah percuma). Aku tanya-tanya sama Naily. Katanya "ke RSGM aja per, bisa pilih sama dokter, koas, atau resident".. Aku milihnya koas yang lebih murah, dan supaya membantu kakak-kakak koasnya dapat point juga, hhehe.. Waktu itu mendadak banget. aku harus nyembuhin gigiku sebelum UTS menghadang. Aku juga dikasih 2 CP koas kenalannya Naily. Katanya bisa janjian dulu. Tapi aku nggak janjian dulu, kalo janjian malah kayaknya ribet, hhehe. Katanya Sabtu RSGM buka, yaudah deh aku ke sana. Tapi ternyata kata mbak-mbak pendaftarannya, yang koas hari sabtu libur. Aku memilih mempertahankan gigiku (nggak jadi cabut gigi), yang penting sudah dibekali ibu dari rumah obat buat gigi. Alhamdulillah berangsur-angsur hilang sakitnya dan bisa melalui UTS dengan lancar. Habis UTS aku mau ke RSGM (lagi) buat cabut gigi, untuk mengantisipasi terganggunya UAS.

Langsung aku ke pendaftaran, ke ruang tunggu, dipanggil, masuk ke ruang 1, ketemu bapak-bapak (sepertinya itu dokter). Aku langsung bilang mau cabut gigi. Terus bapaknya bilang, kalo udah dicabut harus segera dibuatkan gigi tiruan karena dalam jangka waktu 5 tahun gigi atasnya perlahan akan jatoh (ngeri nggak tuh?). Wah, kog gitu. Malah jadi galau --". Tapi aku memutuskan untuk dicabut aja, karena kalo tambal perawatannya lebih mahal. Lalu, aku ke lantai tiga. Ruang bedah mulut *kayaknya*. Di sana, koas yang cabut gigiku. Awalnya aku takut, karena udah lama aku nggak cabut gigi. Kata mas nya, InsyaAllah baik-baik saja kalo nyabutnya sesuai prosedur. Okee. Alhamdullah, gigiku sudah dicabut dan berjalan dengan lancar.. :) 

Aku paling cepet selesainya. Pasien bapak-bapak yang dibelakangku lama banget cabutnya. Ternyata kata masnya, bapaknya cabut dua gigi (wah, ngeri banget.. --"). Oh, pantesan sampai mas-mas koas yang menangani pasien bapak-bapak itu sempet-sempetnya goyang caisar di belakangnya, *aku liat* hhehe.. Oiya, dulu kan Mas-nya nawarin gigi cabutannya mau dibawa pulang apa nggak. Tapi malah ketinggalan. Yasudah tak apa..

Selanjutnya: Gigi (5)

1 komentar:

Eka Suzanna mengatakan...

Memang cabut gigi yang tak sesuai prosedur itu yang gimana, kak?

Posting Komentar