Qiyamullail (4)

Persiapan Sebelum Shalat Tahajjud
Jika ia bangun dan berdzikir kepada Allah, maka lepaslah satu ikatan, jika berwudhu’maka lepas satu ikatan, dan jika shalat, lepas satu ikatan, maka ia masuk waktu pagi dengan segar dan jiwanya tenang, kalau tidak, maka ia masuk waktu pagi dg jiwa yg tidak tenang dan malas [Muttafaq alaih].
Begitu bangun tidur usap wajah dengan kedua telapak tangan kita seraya membaca doa bangun tidur atau sekurang-kurangnya mengucapkan:
“Alhamdulillah...”
Dilanjutkan dengan membaca QS. Ali Imran ayat 190. Disunnahkan bagi orang yang mengerjakan shalat lail untuk bersiwak (menggosok gigi lebih dahulu sebelum wudu') dan membaca ayat-ayat terakhir dari surat Ali Imran mulai dari firman Allah. Artinya: 
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal  [Ali Imran : 190]  dibaca sampai akhir surat. Disunnahkan shalat tahajjud di rumah, membangunkan keluarganya dan sekali-kali shalat mengimami mereka. Tidak shalat dalam keadaan mengantuk, jika sangat mengantuk segera tidur.

Sunnah Memulai Shalat Lail Dengan 2 raka’at Yang Ringan (pendek)
Hal itu dilakukan hingga datangnya semangat untuk memanjangkan raka’atnya setelah 2 rakaat yang pendek tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Apabila salah seorang diantara kalian mendirikan shalat lail hendaklah membuka shalatnya dengan shalat 2 raka’at yang ringan (surat-surat yang dibaca pendek.)  [Hadits Riwayat. Muslim no. 768].

Sunnah Memulai Shalat Malam Dengan Do'a yang Shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan hukum (untuk memutuskan) apa yang mereka (orang-orang Nasrani dan Yahudi) pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizinMu. Sesungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki”  [Hadits Riwayat. Muslim no. 770, Abu Dawud no. 767, Ibnu Majah no. 1357].

Sunnah Memanjangkan Shalat Malam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: 
Shalat apakah yang paling baik?
Rasulullah menjawab:
Yang panjang qunutnya (lama berdirinya)[Hadits Riwayat. Muslim no.756].
Qunut dalam hadits ini memiliki banyak arti berdasarkan banyak riwayat. Dalam Hadyus Saari Muqaddimah dari Fathul Baari oleh Ibnu Hajar hal. 305 (Cet. Daar Abi Hayyaan) pasal Qaf Nun disebutkan tentang makna qunut antara lain do’a, berdiri, tenang, diam, ketaatan, shalat, kekhusu’an, ibadah, dan memperpanjang berdiri. Juga sunnah memperpanjang sujud dan memanjangkan berdiri membaca al-Qur’an(membaca surat panjang yang kita kuasai). Sesekali membaca dengan keras dan sekali-kali pelan.

Sunnah Berta'wudz (Memohon Perlindungan Allah) Ketika Membaca Ayat tentang 'Adzab
Dengan ucapan: Aku berlindung kepada Allah dari Adzab Allah”.
Dan Memohon Rahmat Allah Ketika Membaca Ayat tentang Permohonan dengan ucapan Ya Allah aku meminta kepadaMu dari karuniaMu”.
Dan Bertasbih Ketika Membaca Ayat-Ayat yang Mengandung Pujian tentang Ke-Maha-Sucian Allah.
Hal diatas berdasar hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (ayat) dengan tartil apabila beliau melewati satu ayat tasbih maka beliaupun membaca tasbihApabila melewati ayat permohonan (tentang rahmat,-ed) maka beliaupun memohon. Dan apabila melewati ayat memohon perlindungan, maka beliaupun memohon perlindungan (bertaawudz)”   [Hadits Riwayat. Muslim no. 772].

Disunnahkan (Orang yang Mengerjakan Shalat Malam) Berdoa Dengan Do'a Shahih yang Diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Ya Allah, bagiMu segala puji, Engkaulah Penegak langit dan bumi dan segala isinya.BagiMu segala puji, milikMu kerajaan langit dan bumi serta segala isinya. bagiMu segala puji (Engkau) Pemberi cahaya langit dan bumi (serta segala isinya). bagiMu segala puji, Engkau penguasa langit dan bumi. bagiMu segala puji Engkau lah Yang Maha benar, janji-Mu itu benar adanya dan pertemuan dengan-Mu itu benar adanya. FirmanMu itu benar, surga itu benar, neraka itu benar, para nabi itu benar, Nabi Muhammad itu benar (utusanMu), kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepadaMu aku bertawakal, kepadaMu aku kembali, kepadaMu aku mengadu dan kepadaMu aku berhukumAmpunilah dosaku di masa lalu, masa yang akan datang, yang tersebunyi serta yang nampak (Karena Engkau adalah Maha Mengetahui itu daripada aku).Engkau lah Yang terdahulu dan Yang terakhir (Engkau Tuhanku) dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau atau tidak ada Tuhan (bagiku) kecuali Engkau [Hadits Riwayat. Bukhari no. 1120, 6317, 7385 dan Muslim no. 2717].
Dan juga memanjatkan do'a yang menjadi hajat dan keinginan kita kepada Allah serta juga berusaha memperbanyak membaca wirid (dzikir) serta jika masih ada waktu bisa mengerjakan shalat suhnah yang lain (sebelum ditutup dengan shalat witir).

Akhiri dengan salat witir
Dari Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu ‘anha, dia bercerita:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat 11 raka’at pada waktu antara selesai shalat Isya –yaitu, suatu waktu yang oleh orang-orang disebut sebagai atamah- sampai Shubuh sebanyak 11 rakaat, dengan salam setiap dua raka’at dan mengerjakan shalat witir satu raka’at. Dan jika mu’adzin telah berhenti dari mengumandangkan adzan shalat Shubuh dan sudah tampak jelas pula fajar olehnya dan beliau juga sudah didatangi oleh muadzin, maka beliau segera berdiri dan mengerjakan 2 rakaat ringan, dan kemudian berbaring di atas lambung kanannya sehingga datang muadzin kepada beliau untuk mengumandangkan iqamah”. [Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa Qashruha, bab Shalaatul Lail wa Adadu Raka’aatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam fil Lail wa Annal Witr Rak’atan wa Anna Rak’ah Shalaatun Shahiihah].
Dari Abu Bashrah Al-Ghifari, dia bercerita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah telah menambah untuk kalian satu shalat, yaitu witir. Oleh karena itu,kerjakanlah ia di antara shalat Isya sampai shalat Shubuh”. [Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Ahmad di dalam kitab, Al-Musnad (VI/7 dan 397)].
Jadi, kedua hadits di atas secara jelas menujukkan bahwa shalat malam dan witir itu waktunya dimulai dari setelah shalat Isya (yang oleh orang-orang disebut dengan atamah) sampai waktu Shubuh. Dan pernyataan yang menyebutkan bahwa akhir waktunya adalah Shubuh, diperkuat oleh apa yang ditegaskan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Dan jika salah seorang di antara kalian khawatir (akan) masuk waktu Shubuh, maka hendaklah dia mengerjakan shalat satu raka’at shalat witir sebagai penutup bagi shalat yang telah dikerjakannya”.
Ibnu Nashr mengatakan:
Yang menjadi kesepakatan para ulama adalah bahwa antara shalat Isya sampai terbit fajar merupakan waktu shalat witir. Dan mereka berbeda pendapat mengenai waktu setelah itu sampai shalat Shubuh dikerjakan. Dan telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau memerintahkan untuk mengerjakan shalat witir sebelum terbit fajar” [Mukhtashar Qiyaamil Lail,  hal. 119].
Maka bisa dikatakan, Yang terbaik bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun, di akhir malam untuk mengerjakan shalat di awal waktu. Sedangkan bagi siapa yang yakin akan bangun, maka yang terbaik baginya adalah mengakhirkan pelaksanaan shalat witir sampai akhir malam”.
Hal ini didasarkan pada apa yang ditegaskan dari Jabi Radhiyallahu ‘anhu, di mana dia bercerita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
Barangsiapa khawatir tidak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di awal waktunya. Dan barangsiapa yang serius hendak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di akhir malam, karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para Malaikat). Dan demikian itu lebih baik”. [Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafiriin wa Qasruha, bab Man Khaafa an laa Yaquuma Aakhiral Lail fal Yuutir Awwaluhu, (hadits no. 755)].
Tentang bab shalat witir ini dinukil dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i].

Sumber:
almanhaj.or.id,
wahdahsamarinda.wordpress.com/2008/03/18/sholat-sunnah-malam,
kitab Aktsaru Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki Rachmawan].

0 komentar:

Posting Komentar