“Jika ia bangun dan berdzikir kepada Allah,
maka lepaslah satu ikatan, jika berwudhu’maka
lepas satu ikatan, dan jika shalat, lepas
satu ikatan, maka ia masuk waktu pagi dengan segar dan jiwanya tenang,
kalau tidak, maka ia masuk waktu pagi dg jiwa yg tidak tenang dan malas” [Muttafaq
alaih].
Begitu
bangun tidur usap wajah dengan kedua telapak tangan kita seraya membaca
doa bangun tidur atau sekurang-kurangnya mengucapkan:
“Alhamdulillah...”
Dilanjutkan dengan membaca
QS. Ali Imran ayat 190. Disunnahkan
bagi orang yang mengerjakan shalat lail untuk bersiwak (menggosok gigi lebih
dahulu sebelum wudu') dan membaca ayat-ayat terakhir dari surat Ali Imran mulai
dari firman Allah. Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal” [Ali Imran : 190] dibaca
sampai akhir surat. Disunnahkan shalat
tahajjud di rumah, membangunkan keluarganya dan sekali-kali shalat mengimami
mereka. Tidak shalat dalam keadaan mengantuk, jika sangat mengantuk
segera tidur.
Sunnah
Memulai Shalat Lail Dengan 2 raka’at Yang Ringan (pendek)
Hal itu dilakukan hingga
datangnya semangat untuk memanjangkan raka’atnya setelah 2 rakaat yang pendek
tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian
mendirikan shalat lail hendaklah membuka shalatnya dengan shalat 2 raka’at yang
ringan (surat-surat yang dibaca pendek.)” [Hadits
Riwayat. Muslim no. 768].
Sunnah
Memulai Shalat Malam Dengan Do'a yang Shahih dari Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam
“Ya
Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang
menjatuhkan hukum (untuk memutuskan) apa yang mereka (orang-orang Nasrani dan
Yahudi) pertentangkan. Tunjukkanlah
aku pada kebenaran apa yang dipertentangkan dengan seizinMu.
Sesungguhnya Engkau menunjukkan
pada jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki”
[Hadits Riwayat. Muslim no. 770, Abu Dawud no. 767, Ibnu Majah no. 1357].
Sunnah
Memanjangkan Shalat Malam
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya:
“Shalat apakah yang paling baik?”
Rasulullah menjawab:
“Yang panjang qunutnya (lama berdirinya)” [Hadits
Riwayat. Muslim no.756].
Qunut
dalam hadits ini memiliki banyak arti berdasarkan banyak riwayat. Dalam Hadyus
Saari Muqaddimah dari Fathul Baari oleh Ibnu Hajar hal. 305 (Cet. Daar Abi
Hayyaan) pasal Qaf Nun disebutkan tentang makna qunut antara lain do’a,
berdiri, tenang, diam, ketaatan, shalat, kekhusu’an, ibadah, dan memperpanjang
berdiri. Juga sunnah memperpanjang
sujud dan memanjangkan berdiri membaca al-Qur’an(membaca surat panjang yang
kita kuasai). Sesekali membaca
dengan keras dan sekali-kali pelan.
Sunnah
Berta'wudz (Memohon Perlindungan Allah) Ketika Membaca Ayat tentang 'Adzab
Dengan ucapan: “Aku berlindung kepada Allah dari Adzab
Allah”.
Dan
Memohon Rahmat Allah Ketika Membaca Ayat tentang Permohonan dengan
ucapan “Ya Allah aku meminta
kepadaMu dari karuniaMu”.
Dan
Bertasbih Ketika Membaca Ayat-Ayat yang Mengandung Pujian tentang Ke-Maha-Sucian
Allah.
Hal diatas berdasar hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (ayat) dengan tartil apabila beliau melewati satu ayat tasbih maka
beliaupun membaca tasbih. Apabila
melewati ayat permohonan (tentang rahmat,-ed) maka beliaupun memohon.
Dan apabila melewati ayat memohon
perlindungan, maka beliaupun memohon perlindungan (bertaawudz)…”
[Hadits Riwayat. Muslim no. 772].
Disunnahkan
(Orang yang Mengerjakan Shalat Malam) Berdoa Dengan Do'a Shahih yang Diajarkan
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
“Ya
Allah, bagiMu segala puji, Engkaulah Penegak langit dan bumi dan segala
isinya.BagiMu segala puji, milikMu
kerajaan langit dan bumi serta segala isinya. bagiMu segala puji
(Engkau) Pemberi cahaya langit dan
bumi (serta segala isinya). bagiMu segala puji, Engkau penguasa langit dan bumi.
bagiMu segala puji Engkau lah Yang Maha benar, janji-Mu itu benar adanya
dan pertemuan dengan-Mu itu benar adanya. FirmanMu itu benar, surga itu benar,
neraka itu benar, para nabi itu benar, Nabi Muhammad itu benar (utusanMu),
kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepadaMu
aku bertawakal, kepadaMu aku kembali, kepadaMu aku mengadu dan kepadaMu aku
berhukum. Ampunilah dosaku
di masa lalu, masa yang akan datang, yang tersebunyi serta yang nampak (Karena
Engkau adalah Maha Mengetahui itu daripada aku).Engkau lah Yang terdahulu dan Yang terakhir (Engkau Tuhanku)
dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau
atau tidak ada Tuhan (bagiku) kecuali Engkau” [Hadits
Riwayat. Bukhari no. 1120, 6317, 7385 dan Muslim no. 2717].
Dan juga memanjatkan
do'a yang menjadi hajat dan keinginan kita kepada Allah serta juga
berusaha memperbanyak membaca wirid (dzikir) serta jika masih ada waktu bisa
mengerjakan shalat suhnah yang lain (sebelum ditutup dengan shalat witir).
Akhiri
dengan salat witir
Dari Aisyah Ummul Mukminin
Radhiyallahu ‘anha, dia bercerita:
“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
mengerjakan shalat 11 raka’at pada waktu antara selesai shalat Isya –yaitu,
suatu waktu yang oleh orang-orang disebut sebagai atamah- sampai Shubuh
sebanyak 11 rakaat, dengan salam setiap dua raka’at dan mengerjakan shalat
witir satu raka’at. Dan jika mu’adzin telah berhenti dari mengumandangkan
adzan shalat Shubuh dan sudah tampak jelas pula fajar olehnya dan beliau juga
sudah didatangi oleh muadzin, maka beliau segera berdiri dan mengerjakan 2
rakaat ringan, dan kemudian berbaring di atas lambung kanannya sehingga datang
muadzin kepada beliau untuk mengumandangkan iqamah”. [Hadits
shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, di dalam kitab Shalaatul Musaafirin wa
Qashruha, bab Shalaatul Lail wa Adadu Raka’aatin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam fil Lail wa Annal Witr Rak’atan wa Anna Rak’ah Shalaatun Shahiihah].
Dari Abu Bashrah Al-Ghifari,
dia bercerita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah
telah menambah untuk kalian satu shalat, yaitu witir. Oleh karena itu,kerjakanlah ia di antara shalat Isya sampai
shalat Shubuh”. [Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Ahmad di
dalam kitab, Al-Musnad (VI/7 dan 397)].
Jadi, kedua hadits di atas
secara jelas menujukkan bahwa shalat malam dan witir itu waktunya dimulai dari
setelah shalat Isya (yang oleh orang-orang disebut dengan atamah) sampai waktu
Shubuh. Dan pernyataan yang menyebutkan bahwa akhir waktunya adalah Shubuh,
diperkuat oleh apa yang ditegaskan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Dan jika salah seorang di antara kalian khawatir
(akan) masuk waktu Shubuh, maka hendaklah dia mengerjakan shalat satu raka’at
shalat witir sebagai penutup bagi shalat yang telah dikerjakannya”.
Ibnu Nashr mengatakan:
“Yang menjadi
kesepakatan para ulama adalah bahwa
antara shalat Isya sampai terbit fajar merupakan waktu shalat witir. Dan mereka
berbeda pendapat mengenai waktu setelah itu sampai shalat Shubuh dikerjakan.
Dan telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau
memerintahkan untuk mengerjakan shalat witir sebelum terbit fajar” [Mukhtashar Qiyaamil Lail,
hal. 119].
Maka bisa dikatakan, “Yang terbaik
bagi orang yang khawatir tidak bisa bangun, di akhir malam untuk mengerjakan
shalat di awal waktu. Sedangkan bagi siapa yang yakin akan bangun, maka yang terbaik
baginya adalah mengakhirkan pelaksanaan shalat witir sampai akhir malam”.
Hal ini didasarkan pada apa
yang ditegaskan dari Jabi Radhiyallahu ‘anhu, di mana dia bercerita. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
“Barangsiapa khawatir tidak bangun di akhir
malam, maka hendaklah dia mengerjakan shalat witir di awal waktunya. Dan
barangsiapa yang serius hendak bangun di akhir malam, maka hendaklah dia
mengerjakan shalat witir di akhir malam, karena sesungguhnya shalat
di akhir malam itu disaksikan (oleh para Malaikat). Dan demikian itu lebih baik”.
[Hadits
shahih. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shalaatul Musaafiriin wa
Qasruha, bab Man Khaafa an laa Yaquuma Aakhiral Lail fal Yuutir Awwaluhu,
(hadits no. 755)].
Tentang bab shalat witir ini
dinukil dari kitab Bughyatul
Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani
Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penulis Muhammad
bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i].
Sumber:
almanhaj.or.id,
wahdahsamarinda.wordpress.com/2008/03/18/sholat-sunnah-malam,
kitab Aktsaru
Min Alfi Sunnatin Fil Yaum Wal Lailah, edisi Indonesia Lebih Dari 1000 Amalan
Sunnah Dalam Sehari Semalam, Penulis Khalid Al-Husainan, Penerjemah Zaki
Rachmawan].

